Denpasar – Forum Pemerhati Sejarah Islam (FPSI) Buleleng menerbitkan buku sejarah masuknya agama Islam di Bali yang berjudul ‘Bulan Sabit di Pulau Dewata’.
Buku setebal 135 halaman ini ditulis oleh beberapa sejarawan kampus Universitas Udayana (Unud) Bali dan merupakan penelitian pertama tentang sejarah masuknya Islam di Bali.
“Buku ini penting untuk mengetahui serta memahami kehadiran Islam ditengah-tengah penduduk mayoritas beragama Hindu di Pulau Dewata,” ujar Amoeng A Rachman, koordinator FPSI Buleleng, Minggu (21/7/2024).
Guru Besar Ilmu Sejarah Unud, Prof I Putu Gede Suwitha didapuk untuk mengisi pengantar dalam buku yang diterbitkan Indie Singaraja ini. Sementara H Maulana Yusuf dipercaya sebagai penyunting buku.
“Buku ini mendapat sambutan luar biasa. Hanya dalam waktu satu minggu cetakan pertama sudah terjual habis,” lanjut Amoeng.
Penyunting, Maulana menambahkan sebagai dokumentasi sejarah yang penting, buku ini merupakan penyempurnaan dari laporan sejarah masuknya Islam yang semula dicetak dalam bentuk stensil yang dibuat dalam jumlah terbatas pada 1980.
Bahan yang dipublikasikan dalam buku ini merupakan hasil dari beberapa kajian dan penelitian yang dilakukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali bekerjasama dengan Pemda Bali pada 1979/1980.
“Oleh karena itu, buku ini penting untuk dibaca dan dikaji lebih lanjut khususnya para penikmat sejarah dan generasi muda masa kini yang merupakan potret masa lalu tentang hubungan antar umat beragama yang damai dan dinamis,” ujar Maulana yang juga merupakan anggota tim peneliti sejarah masuknya Islam di Bali pada tahun 1979.
Dalam pengantarnya, Prof Suwitha menggambarkan masuknya Islam ke Bali pada mulanya melalui jalur ‘politik tinggi) langsung menuju kraton (istana). Hal ini terjadi saat Bali masih diperintah oleh kekuasaan tunggal Kerajaan Gelgel yang secara sentral menguasai seluruh Bali setelah tahun 1350-1651 (CC Berg, 1926).
Setelah periode Gelgel, mubalig Islam mulai mengenalkan agama baru ini melalui jalur perdagangan. Jalur yang kedua ini yang berperan yaitu pedagang dari Jawa, Bugis-Makassar, Melayu, Gujarat, Arab dan Tionghoa. Lewat jalur perdagangan inilah agam Islam semakin cepat berkembang di beberapa pusat perdagangan dan pelabuhan di Bali (Suwitha, 2014). (Redaksibalitrending.com)